TANSI MILITER YANG BERGAYA SIPIL

By on Minggu, 24 September 2017

Penulis : Dr. H. Suhardi Duka MM.

Dimana-mana yang namanya militer tentu berbeda dengan yang lain,
karena markas komando yang berseragam dan bersenjata, serta dihuni
oleh orang orang yang terlatih untuk mengahadapi situasi yang sulit di
medan perang. Namun di makorem 142 TATAG Yang saya kunjungi minggu lalu rasanya berbeda, justru bergaya sipil, ramah dan santun.

Tentara Nasional Indonesia TNI yang dulu dikenal sangar dan serba
keras kini jauh berbeda bila berada ditengah masyarakat. TNI kini
benar benar ditempah untuk sabar, sabar menonton drama kehidupan dan jalannya politik nasional.

Pasang surut peran militer dan dwi fungsi ABRI telah menempa TNI untuk menjadi prisai bangsa, sebagai kekuatan pertahanan dan keamanan ansick, militer telah berada di barack dan dwi fungsinya telah dicabut sebagaimana tuntutan reformasi 98.

TNI dulu yang peran sosial politiknya cukup menonjol kini berubah 180
derajat, bahkan jabatan asisten sosial politik telah dicabut di intitusi militer saat ini, kepala BIN yang selalu dijabat oleh TNI kini sudah tidak, apalagi dirjen di kementerian. Artinya hampir seluruh jabatan sipil kini TNI tidak lagi di tempati.

Peran politik TNI telah ditinggalkan namun rakyat tetap berharap kepada TNI akan peran sosialnya. TNI dibutuhkan rakyat dan bangsa karena ditangan TNI persoalan bangsa mampu dilalui dalam kondisi apapun, dalam kondisi damai TNI sangat membantu rakyat dalam penanganan setiap bencana, dimana mana ada bencana selalu TNI menjadi garda terdepan untuk membantu penderitaan rakyat, demikian juga dalam menembus wilayah wilayah sulit, TNI menjadi pembuka jalan untuk pembangunan Infrastruktur jalan melalui TMMD.

Saat ini pun TNI banyak membantu petani dalam peningkatan produksi
pertanian khususnya swasembada pangan.

Dibeberapa diskusi tentang proses reformasi di intitusi pasca 98, yang
nota bene semua melakukan reformasi, harus di akui TNI lah yang cukup sukses melakukan itu, mulai dari rekruitman atau proses penerimaan Perwira, bintara dan tantama lebih berjalan SOP ketimbang sistim koneksi dan jalur abal abal, sogok menyogok. TNI relatif lebih bersih di banding dengan institusi lain. Demikianpun dalam pembinaan sistim karier, TNI lebih terstandar dan terbuka termasuk dalam jenjang pendidikan mulai dari sesko sampai ke lemhannas, TNI kurang terdengar jeruk makan jeruk.

TNI tidak ingin mengulangi kekurangan masa lalu, TNI sadar bahwa
negara butuh TNI yang profesional untuk menjadi pilar terdepan dalam
menjaga marwah, harkat dan martabat bangsa. Pengalaman dengan negara negara ditimur tengah sangat mudah tercabik cabik dan di adu domba yang pada akhirnya di infasi dan perang saudara.

Bagi TNI biarlah urusan politik, demokrasi dan pemerintahan menjadi
tugas sipil agar tercipta negara modren yang lebih demokratis.

Namun kewaspadaan terhadap berbagai ancaman dan ganguan tetap menjadi langkah freventif yang harus tetap terjaga, termasuk bahaya laten komunis tentunya.

Apakah masih memungkinkan komunis akan tumbuh di indonesia, ditengah komunis dunia sudah runtuh ? pertanyaan seperti ini sering muncul dan dangkal, tidak paham cara kerja komunis di indonesia yang terbukti telah berhianat beberapa kali.

Saat ini banyak yang memuji langka Panglima Gatot, yang secara tegas
kembali memutar Film G 30 S PKI, karena paham dan cara – cara komunis tidak pernah padam dan mati di indonesia, untuk itu generasi muda harus tahu perjalanan sejarah. Karena PKI mulai ingin memutar balikkan fakta seakan – akan dia yang korban dan pemerintah perlu mengembalikan kehormatan dan minta maaf, dan herannya ada juga yg bersimpati.

PKI memang hantu karena perjalanan sejarah PKI selalu muncul tiba-tiba dan menusuk dari belakang, untuk mendirikan partai sendiri pasti tidak munkin, tapi caranya menginfiltrasi dan masuk di lini lini vital dan juga parpol pasti telah dilakukan oleh PKI saat ini. Jadi tepat Panglima TNI kembali mengingatkan akan bahaya PKI, jangan dikatakan ini mimpi bukan mimpi tapi kewaspadaan.

Kasak mata juga saat ini ada intitusi yang tidak mampu mengontrol
langkahnya, bahkan menjadi super hero, karena iya telah menembus jabatan apapun yang di inginkan, dan menjadi alat politik, intitusi itu saya sebut TER. terkuasa, terkaya, terhormat, terkuat dan banyak lagi ter yang di sandangnya.

Hati hati kalau sudah terlalu TER , maka alam akan menkoreksinya, era
dan resim tidak pernah abadi, sekuat apapun orde baru jatuh juga karena TER, untuk itu koreksi dan mawas terhadap kasadaran diri menjadi penting.

Selamat menyonsong HUT TNI tahun 2017. Tetaplah menjadi tentara Rakyat.

Sumber :nuansainfo.com