Mahasiswa Waspadai Gerakan 28 Oktober Ditunggangi Gerakan Reshuffle –

By on Jumat, 23 Oktober 2015

Jakarta Kareba1.com– Maraknya gerakan mahasiswa turun ke jalan pada bulan Oktober 2015 disinyalir banyaknya kepentingan dari pihak dan kelompok tertentu untuk menggunakan mahasiswa turun ke jalan.

“Kemasan yang diusung adalah 1 tahun evaluasi pemerintahan jokowi-jk yang dianggap gagal dalam menjalankan roda pemerintahan.Tapi harus kita analisa secara jernih bahwa kondisi ekonomi saat ini lebih banyak faktor eksternal yang mempengaruhi,” demikian disampaikan Direktur Studi Demokrasi Rakyat Hari Purwanto, Kamis (22/10/2015).

Menurut Mahasiswa Pasca Sarjana Prof Dr Moestopo, naik dan turunnya dollar terhadap rupiah menjadi tolak ukur, tapi dibalik itu semua ada kepentingan “invisible hand” yang bermain di air keruh karena agendanya belum terakomodir dalam pemerintahan Jokowi-JK.

Pasalnya, Gerakan mahasiswa yang aktif turun hari ini adalah ormas cipayung (HMI, PMII, GMNI, PMKRI, GMKI, KAMMI) dan BEM SI.

“Dan kita semua tahu bahwa diantara alumni ormas cipayung dan alumni BEM SI sebagian sudah ada yang aktif di legislatif dan eksekutif,” beber dia.

Dijelaskan Hari, hubungan dan komunikasi gerakan tersebut tidak lepas dari kepentingan alumni yang saat ini terlibat di pemerintahan Jokowi-JK. Kalau di lihat latar belakang dari Menteri kabinet kerja saat ini, ada yang pernah berkiprah di gerakan mahasiswa. Dan kinerja para menteri saat ini bisa dibilang “Jauh Panggang Dari Api” terkadang bertabrakan dengan kebijakan presiden jokowi.

“Gerakan mahasiswa harus lahir dari kondisi objektif dari rakyat yang membutuhkan solusi dalam situasi kekinian. Bukan agenda yang ditunggangi oleh menteri-menteri yang khawatir direshuffle maupun elit politik yang coba berkompromi dalam RAPBN 2016 yang dibagi-bagi oleh partai politik dengan eksekutif,” tuturnya.

Lebih lanjut Hari menegaskan gerakan mahasiswa tidak boleh ada titik kompromi untuk personal maupun kelompok tertentu tapi sebagai gerakan control terhadap legislatif maupun eksekutif dan sudah menjadi rahasia umum dengan pola politik “dagang sapi” nya.

“Mari sama-sama kita mengkritik dengan cara konstruktif ala mahasiswa tanpa ada campur tangan dari pihak atau kelompok tertentu yang khawatir dengan hilangnya kursi jabatan,” tukasnya.(Net)