Catatan JATAM Semburan Lumpur Panas di Geothermal Sorik Marapi: Janji Palsu Energi Hijau

By on Sabtu, 26 April 2025

 

Mandailing Natal, 26 April 2025

Jaringan Advokasi Tambang (JATAM ) adalah jaringan organisasi non pemerintah (ornop) dan organisasi komunitas yang memiliki kepedulian terhadap masalah-masalah HAM, gender, lingkungan hidup, masyarakat adat dan isu-isu keadilan sosial dalam industri pertambangan dan migas.

Berikut catatan rilis investigasi JATAM diterima redaksi Media kareba1.com.

Setelah serangkaian kebocoran gas H₂S yang berulang yang telah menewaskan korban jiwa dan menyebabkan ratusan orang dirawat di rumah sakit—operasi panas bumi PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP) kembali mengancam keselamatan warga sekitar. Kali ini, teror muncul dalam bentuk semburan lumpur panas yang berserakan di lahan-lahan garapan warga, tepat di sekitar wilayah pengeboran panas bumi PT SMGP.

Peristiwa semburan lumpur panas ini terjadi di areal Desa Roburan Dolok, Kecamatan Panyabungan Selatan, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara. Desa ini berjarak kurang dari satu kilometer dari wellpad E milik PT SMGP, korporasi yang menguasai wilayah kerja panas bumi (WKP) seluas 62.900 hektare atau 629 km², mencakup 138 desa di 10 kecamatan.

Menurut kesaksian warga yang dihubungi JATAM, terdapat setidaknya sepuluh titik semburan lumpur panas yang seluruhnya berada di kebun garapan milik warga. Berdasarkan perhitungan citra satelit, lokasi semburan berada sekitar 900 meter dari wellpad E dan sekitar 317 meter dari permukiman warga di Desa Roburan Dolok, yang dihuni oleh 1.931 jiwa. Titik-titik baru semburan lumpur ini rata-rata juga hanya berjarak sekitar 700 meter dari Puskesmas setempat. Sementara itu, jarak dari wellpad E ke permukiman warga hanya sekitar 480 meter.

Warga menuturkan bahwa proses munculnya semburan lumpur panas diawali oleh rekahan-rekahan kecil di permukaan tanah yang mengeluarkan asap. Gejala ini telah terjadi sejak tahun 2021, atau empat tahun setelah pengeboran dilakukan oleh SMGP. Meski warga telah berulang kali melaporkan kemunculan rekahan tersebut kepada perusahaan, laporan-laporan itu tampak diabaikan. Seiring waktu, rekahan-rekahan itu membentuk kawah yang terus meluas, disertai bertambahnya jumlah titik kawah baru.

Kawah-kawah tersebut hampir seluruhnya muncul di kebun garapan warga yang ditanami karet, kemiri, dan kakao yang siap panen. Menurut warga, setidaknya empat hektare kebun telah rusak akibat semburan lumpur panas sejak 2024. Tak hanya merusak tanaman keras tahunan, lumpur panas yang berbau belerang itu juga muncul di lahan sawah produktif yang biasa digunakan warga untuk menanam padi.

*Ancaman Tak Berhenti*

Semburan lumpur panas di lokasi penambangan panas bumi PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP)—yang diklaim sebagai sumber energi bersih—sebelumnya juga terjadi pada 24 April 2022. Ketika itu, semburan lumpur panas setinggi lebih dari 30 meter, disertai bau gas menyengat, menyebabkan 21 warga dan seorang bayi berusia enam bulan terpapar gas beracun dan harus dilarikan ke RSUD Panyabungan, Mandailing Natal.

Catatan JATAM menunjukkan, operasi panas bumi PT SMGP terus menempatkan warga dalam kondisi darurat, hidup dalam bayang-bayang kematian setiap waktu. Klaim bahwa geothermal adalah sumber energi bersih, serta klaim perusahaan menggunakan teknologi modern dan standar operasi yang ketat, terbukti hanya omong kosong. Rentetan kejadian membuktikan bahwa warga terus-menerus menjadi korban dari kejahatan sistemik perusahaan dan negara.

Berikut rincian rangkaian peristiwa yang memperlihatkan betapa berbahayanya operasi SMGP:

20 Januari 2015 — Bentrokan antara warga yang pro dan kontra terhadap proyek panas bumi di Kecamatan Lembah Sorik Marapi berujung tragis. Seorang warga tewas, sementara rumah dan kendaraan hancur. Kedua kelompok warga sejatinya adalah korban, dipicu oleh konflik horizontal yang lahir dari kehadiran proyek SMGP.

29 September 2018 — Dua santri, Irsanul Mahya (14) dan Muhammad Musawi (15), tewas tenggelam di kolam penampungan air pengeboran milik SMGP di Desa Sibanggor Jae, Kecamatan Puncak Sorik Marapi. Kolam sedalam sembilan meter itu tidak memiliki pagar pengaman maupun penjaga.

25 Januari 2021 — Kebocoran gas H₂S dari proyek PT SMGP menyebabkan lima orang tewas dan puluhan lainnya dirawat di rumah sakit. Para korban, termasuk anak-anak, merupakan warga yang sedang berladang di sekitar wilayah kerja perusahaan. Mereka yang meninggal adalah Suratmi (46), Syahrani (14), Dahni, Laila Zahra (5), dan Yusnidar (3).

14 Mei 2021 — Ledakan dan kebakaran terjadi di lokasi proyek SMGP, hanya berjarak sekitar 300 meter dari permukiman. Akibat kejadian tersebut, warga terpaksa mengungsi karena takut akan ledakan susulan dan potensi gas beracun.

6 Maret 2022 — Kebocoran gas H₂S kembali terjadi, menyebabkan setidaknya 58 orang mengalami gejala muntah, pusing, pingsan, dan harus dirawat intensif di rumah sakit.

24 April 2022 — Semburan lumpur panas setinggi 30 meter, disertai bau gas menyengat, menyebabkan 21 warga terpapar dan dirawat. Area persawahan warga turut terendam lumpur panas.

16 September 2022 — Kebocoran gas kembali terjadi, mengakibatkan 8 warga mengalami pusing, mual, hingga pingsan, dan harus dirawat di rumah sakit.

27 September 2022 — Hanya berselang 11 hari, kebocoran gas terjadi lagi. Kali ini, 86 warga dilaporkan mengalami pusing, muntah, dan pingsan, dan harus mendapat penanganan medis.

22 Februari 2023 — Insiden terbaru kebocoran gas menyebabkan setidaknya 123 orang mengalami keracunan dan harus menjalani perawatan di rumah sakit.

22 Februari 2024 — Kebocoran gas H₂S kembali menghantam Desa Sibanggor Julu dan Desa Sibanggor Tonga, Kecamatan Puncak Sorik Marapi. Insiden ini menyebabkan setidaknya 123 warga mengalami keracunan, sebagian di antaranya harus dievakuasi ke fasilitas kesehatan terdekat. Menurut laporan warga, gejala seperti pusing, muntah, dan sesak napas mulai dirasakan sejak pukul 18.30 hingga 21.00 WIB, tak lama setelah perusahaan membuka lubang bor pada pagi hari.

Rentetan peristiwa maut yang telah menelan ratusan korban ini tak pernah diikuti dengan penegakan hukum yang memadai. JATAM mencatat, pemerintah hanya sekali memberikan sanksi kepada PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP), yaitu pemberhentian sementara operasi setelah tragedi kebocoran gas H₂S pada 25 Januari 2021 yang menewaskan lima orang.

Langkah pembiaran ini telah memperpanjang ancaman terhadap ribuan warga, terutama mereka yang tinggal di Desa Sibanggor Julu dan Sibanggor Tonga—dua desa yang kini terkepung oleh kompleks pabrik geothermal PT SMGP.

Tak hanya mengancam keselamatan jiwa, operasi panas bumi PT SMGP juga menghancurkan produktivitas pertanian warga. Sawah-sawah yang hanya berjarak kurang dari 100 meter dari lokasi proyek kini terganggu akibat semburan lumpur panas dan gas beracun. Warga pun trauma untuk menggarap ladang mereka, lantaran asap beracun dari proyek SMGP terus mengepung permukiman.

Kesehatan warga pun perlahan-lahan memburuk. Mereka mengeluhkan batuk berkepanjangan, pilek, demam, hingga sesak napas—gejala yang sebelumnya tidak pernah mereka alami sebelum operasi panas bumi ini berjalan.

*Evaluasi Total secara Independen*

Rentetan kejadian berulang tanpa evaluasi menunjukkan bahwa proyek geothermal, yang diklaim ramah lingkungan dan solusi krisis iklim, justru menjadi petaka bagi warga dan lingkungan. Warga dipaksa menjadi tumbal demi panas bumi: ruang produksi pertanian hancur, sumber air tercemar, kesehatan terganggu, dan ancaman kematian membayangi setiap waktu.

Ini belum termasuk potensi bencana lain yang mengintai, mulai dari limbah industri, zat beracun, gempa bumi, amblesan tanah, hingga hujan asam yang, selama ini disembunyikan secara sistematis oleh pemerintah dan pelaku industri . Kejadian di di Mandailing Natal bukan yang pertama, dan bukan satu-satunya, tetapi juga tengah terjadi di seluruh wilayah operasi panas bumi di Indonesia—dari Dieng di Jawa Tengah, Lahendong di Tomohon, hingga Ulumbu, Mataloko, dan Sokoria di Pulau Flores.

Menempatkan geothermal sebagai energi terbarukan bukan hanya menyesatkan, tetapi mencerminkan cara berpikir keliru yang hanya menghitung angka emisi, tanpa mempedulikan nyawa manusia, potensi bencana dalam seluruh tahapan operasi, dan kehancuran ekologis yang ditimbulkannya.

Kami mengecam keras PT SMGP dan pemerintah atas sikap masa bodoh terhadap keselamatan warga dan keberlangsungan ruang hidup mereka.

Kami mendesak penghentian total operasi PT SMGP, serta evaluasi menyeluruh, independen, dan transparan terhadap seluruh proyek geothermal di Indonesia.

Narahubung:
– Saptar Nasution, Warga Sorik Marapi, Mandailing Natal, 081263992963)
– Imam Shofwan, Kepala Divisi Simpul & Jaringan JATAM, 081392352968)

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *