PENANGANAN MASALAH GIZI BURUK MESTI KOMPREHENSIF

By on Rabu, 23 Mei 2018
Mamuju Kareba1- Pada tahun 2017 Status Gizi Balita 0-23 bulan dengan status pendek
sebesar 16,8% dan sanat pendek
sebesar 9.4% (Stunting 262%). Kemudian usia ® 59 bulan dengan status
pendek sebesar 25 dan sangat
pendek sebesar 149 % (stunting: 40%)
Persentase sangat pendek dan pendek untuk Balita umur 0-2 bulan
menurut kabupaten. Kab Mamuju Utara
dengan persentase tertinggi dibanding 5 kabupaten lainnya yakni sebesar 28.9 %
“Kecenderungan masalah pendek pada usia 0-23 bulan berfluktuasi dari
tahun 2015, 2016. 2017 akan
tetapi secara keseluruhan provinsi Sulawesi Barat mengalami penurunan
meskipun tidak signifikan (penurunan sebesar 2 % dari tahun 2015
sekitar (28,7%) menjadi  (26,2%) tahun 2017,” kata Kepala Dinas
Kesehatan Mamuju, DR Hajrah As Ad MKes yang juga ketua Palang Merah
Indonesia PMI Kabupaten Mamuju.
Presentase Pendek dan sangat pendek pada Balita usia 0-59 Bulan
menurut kabupaten, Kabupaten
Mamasa dengan presentase tertinggi sebesar 441% Kecenderungan masalah
stunting pada balita usia 0-59 bulan mengalami peningkatan dari tahun
2015-2017 dari 384 % menjadi 40,2%.
Penyebab masalah gizi secara langsung. kurang gizi disebabkan oleh
kurangnya asupan dan penyakit
infeksi) maupun tidak langsung (Ketahanan pangan, pola asuh,
lingkungan) juga akar masalah gizi
(kemiskinan dan Kurangnya sumber daya).
“Perlunya rekomendasi untuk penganan gizi akut, kronik dan akut
krunik,” katanya.
Provinsi Sulawesi Barat berada yang dalam kategori akut-kronik perlu
rekamendasi untuk penanganan masalah gizi akut sangat terkait
dengan:Kampanye pemberian ASI yang optimal sejak lahir (IMD). ASI
eksklusif, dan ASI sampai dua tahun. Edukasi pemberian MP-ASI yang
berkualitas dengan sumber pangan lokal dengan frekuensi yang adekuat.
Edukasi perawatan atau pola asuh yang optimal pada anak. Edukasi
penanganan infeksi yang tepat di rumah dan upaya mencari pelayanan
kesehatan sedini mungkin.
“Keterlibatan lintas sektar pada masalah gizi akut pada anak contohnya
Dinas Sasial, santunan untuk
Pendidikan, menyiapkan modul-modul sederhana memperoleh bantuan
makanan atau kartu sehat. Dinas pendidikan juga menyiapkan modul
sederhana untuk sekolah informal dalam pemberian ASI.
Kemudian MP-ASI, serta pola asuh dan Perusahaan, Lembaga Zakat, dan
lainnya, dapat memberikan bantuan pangan lokal atau paket MP-ASI yang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat seperti: tepung ikan, telur,
biskuit kaya gizi, dan lainnya
Masalah gizi kronis (pendek) memerlukan penanganan yang lebih
kamprehesif. Sangat terkait dengan
Kondisi bayi sejak dalam kandungan. Status gizi ibu hamil. pola makan,
serta kandisi ibu hamil akan
mempengaruhi berat badan bayi dan seterusnya saat pertumbuhannya
Pemberian ASI dan MP-ASI harus sama
seperti pada masalah gizi akut.
“Hal ini juga sangat terkait dengan ketersediaan makanan, kepedulian
ibu pengetahuan dan ketrampilan ibu, dan sarana prasarana yang
dimiliki keluarga. Pola asuh yang diberikan keluarga dan juga oleh
masyarakat. Seberapa besar anak mendapat perhatian dari kaluarga
Keterlibatan lintas sektor sangat diharapkan dalam penanganan kasus
masalah gizl kranis seperti Dinas Pertanian, memberikan bibit tanaman
yang baik yang depat ditanam di pekarangan masyarakat bernilai gizi,”
tutupnya.