FPPS Himbau Masyarakat Tidak Terprovokasi isu dan Tolak Politisasi Tempat Ibadah

By on Rabu, 28 Februari 2018

Mamuju Kareba1-  Kerap kali kita melihat dan membaca dari beberapa kejadian belakang ini seperti penganiayaan terhadap ulama yang telah viral diberbagai sosmed hal itu sengaja dilakukan oleh oknum tidak bertangunjawab. Tentunya, kondisi ini jika terus dibiarkan akan membangun opini negatif dan saling curiga – mencurigai sesama umat beragama.hal ini dikatakan Nirwansyah ketua DPP FPPS, Forum persaudaraan pemuda sulawesi barat.di mamuju 28/2/18.

Ia mengatakan kekuatiran bagi masyarakat yang selama ini merasa aman menjalankan kehidupan ditengah – tengah kerukunan umat beragama, sehingga merasa resah oleh sebab adanya isu provokatif. Apalagi, jika sampai opini tersebut dimanfaatkan melalui tempat ibadah untuk kepentingan politik tertentu.

Isu teror penganiayaan ulama dan tokoh agama yang dilakukan oleh orang gila, diakui perkembangannya saat ini baru sampai di level media sosial. Sedangkan, akibat kejadian penganiayaan tersebut saat ini pengaruhnya tidak berdampak terhadap kerukunan umat beragama di wilayah sulbar yang masih relatif kondusif.

Sementara, hal yang menjadi kekhawatiran terkait penganiayaan ulama dan tokoh agama adalah sosmed yang saat ini dinilai publik sudah mulai ikut-ikutan terprovokasi. Sehingga, dianggap perlu dilakukan langkah cegah dini oleh aparat keamanan dalam upaya meminimalisir isu dengan segera menangkap dan memproses pelaku hoax itu.

jika isu sosmed itu terus berkembang maka akan memicu gesekan ditengah masyarakat dan berdampak terhadap stabilitas keamanan nasional menjadi tidak kondusif. Tentunya, langkah preventif ini menjadi tantangan bagi pihak aparat kepolisian dalam penindakan terhadap kelompok – kelompok yang memicu isu SARA.ujarnya.

Ia meminta toga dan tomas yang ada di Sulbar juga memberikan himbauan kepada masyarakat agar tempat – tempat ibadah tidak dimanfaatkan sebagai kepentingan politis tertentu. Meski, pada kondisi saat ini belum berkembang adanya pok tertentu yang memanfaatkan tempat – tempat ibadah namun hal tersebut harus diantisipasi sejak dini supaya tidak menimbulkan persepsi negatif dikalangan umat beragama.

Oleh karenanya, secara kelembagaan FPPS meminta kepada pihak yang berwenang agar lebih transparan dan menindak cepat pelaku penganiayaan dan teror terhadap ulama dan tokoh agama.

FPPS juga mendukung penindakan secara tegas oleh aparat penegak hukum kepada pelaku penyebar isu negatif atau hoax, yang sengaja memanfaatkan penganiayaan terhadap ulama dan tokoh agama dengan mengaitkan SARA.

Upaya pendekatan dialogis bersama elemen pemuda dan mahasiswa untuk terus memfilter isu provokatif, termasuk pemanfatan tempat – tempat ibadah yang berpotensi digunakan untuk kepentingan politik tertentu.

Mengimbau kepada seluruh lapisan masyarakat sulbar untuk tidak cepat termakan isu yang berkembang ditengah masyarakat. Karena, isu provokatif yang sengaja dibuat oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab berpotensi memecah belah umat.

mencegahan politisasi tempat ibadah karena tahun ini adalah tahun politik dimana dua kabupatan di sulawesi barat mengadakan pilkada serentak. yaitu kabupaten mamasa, kabupaten polewali mandar.#