Caketum HIPMI Bagas Adhadirgha Dorong Anak Muda Sulbar Ambil Peluang Bisnis Cokelat

By on Selasa, 20 September 2022

Bagas Adhadirgha : Ternyata Cokelat Dunia Berasal dari Sulawesi Barat

Foto : Sekjen BPP HIPMI Bagas Adhadirgha (kanan) saat menjadi narasumber dalam Forum Bisnis Daerah yang digelar BPD HIPMI Sulbar di Mamuju, kemarin.

Foto : Sekjen BPP HIPMI Bagas Adhadirgha (kanan) saat menjadi narasumber dalam Forum Bisnis Daerah yang digelar BPD HIPMI Sulbar di Mamuju, kemarin.

 

Mamuju Kareba1- Bergelut di dunia Usaha selama 15 tahun lebih, mampu mencetak insting bisnis yang kuat dalam diri Bagas Adhadirgha, Sekretaris Jenderal BPP Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI). Pemuda yang juga Calon Ketua Umum HIPMI 2022-2025 ini menangkap adanya peluang bisnis Cokelat cukup besar di Sulawesi Barat (Sulbar) dengan melibatkan peran anak-anak muda.

 

Gagasan tersebut dilontarkan Bagas Adhadirgha saat menjadi pembicara bersama Sabaruddin Syam Ketua Umum BPD HIPMI Sulbar dalam Forum Bisnis Daerah (Forbisda) BPD HIPMI Sulbar, Kabupaten Mamuju Minggu (18/9/2022). Di depan para Pengusaha muda yang Hadir dalam acara tersebut, Bagas menyampaikan perlunya gerakan anak-anak muda untuk membangkitkan potensi usaha di daerahnya masing-masing. “Dari sekian jenis bisnis, usaha di bidang pertanian dan perkebunan adalah yang paling stabil. Bahkan saya melihat peluang bisnis cokelat di Sulbar ini masih sangat besar,” ungkap Bagas saat mengisi Rakerda dan Forbisda BPD HIPMI Sulbar pada sesi ‘Sharing Discussion’.

Ia lantas berbagi pengalaman beberapa tahun silam saat tinggal di Eropa. Disanalah Ia semakin mengenal bahwa kebutuhan cokelat sudah mirip seperti bahan makanan pokok kalau di Indonesia. Selain cokelat, satu komoditi yang menjadi andalan warga Eropa adalah Kopi. “Saya tinggal 3 tahun di Eropa, ada dua komoditas yang orang Eropa itu sebagai kebutuhan pokok sehari-hari, yaitu Kopi dan Cokelat,” ujar Bagas Caketum dengan nomer urut 2 ini.

 

Cokelat di Belgia misalnya. Cerita Bagas, negara di Eropa Barat itu sering kali dianggap memiliki cokelat yang punya cita rasa tinggi. Saking populernya, cokelat dari negara ini paling banyak diburu oleh produsen pangan untuk dijadikan berbagai produk andalan. Namun perlu diketahui, tanah Belgia bukanlah lahan yang cocok untuk budidaya tanaman kakao berkualitas. Padahal, kegunaan Kakao ini selain menjadi bahan baku pembuatan permen cokelat, merupakan bahan penting makanan di negara tersebut. Biji buah kakao yang telah difermentasi selanjutnya dapat dijadikan cocoa powder dan juga lemak nabati berupa cocoa butter. Cokelat dalam bentuk bubuk banyak dipakai sebagai bahan campuran berbagai macam produk makanan dan minuman, seperti susu, selai, roti, dan lain–lain. “Ibaratnya sampai lubang semut, selalu saya jumpai aneka ragam produk cokelat yang sudah jadi, hampir semua penduduknya suka cokelat,” jelasnya.

 

Hanya saja, lanjut Bagas, kunci kelezatan cokelat Belgia itu berpacu pada teknik mengolah cokelatnya. Tapi bahan Cokelat atau Kakao, mereka ambil dari negara lain. Seperti Vietnam, Ghana dan Indonesia. “Saya lalu teringat suatu ketika ngobrol dengan Ketum Jupri (Jupri Mahmud Mantan Ketum HIPMI Sulbar), Beliau bilang punya kebun Kakao di Polewali Mandar, dan supplay salah satu merk Cokelat terkenal di Eropa dan merk itu dijual di Belgia,” cerita putra Jenderal Bintang tiga TNI AU ini.

 

Nah dari situlah kemudian Bagas tercetus ide, kenapa tidak mengolah Kakao asli Sulbar menjadi cokelat yang berkualitas eropa. Membangun Pabrik Pengolahan Cokelat di Sulbar tentunya dalam menambah added value masyarakat Sulbar. “Saya yakin jika Pengusaha muda di Sulbar ini bergandengan tangan, menginisiasi pabrik pengolahan Cokelat disini, pasti akan meningkatkan kesejahteraan ekonomi Daerah,” ajak Mantan Bendahara Kwarnas Pramuka ini. “Ayo, kita coba menangkap peluang besar ini. Saya siap membantu teman-teman Pengusaha muda di Sulbar untuk naik kelas,” ucapnya memberi semangat.

 

Perlu diketahui, sejak September 2019 hingga Agustus 2021, harga cocoa powder dan cocoa butter di pasar US dan Eropa meningkat cukup signifikan hingga 40 persen. Hal Ini merupakan peluang yang sangat besar untuk mendirikan pabrik olahan biji kakao di wilayah utama dan episentrum untuk komoditas kakao Indonesia yakni Sulawesi. “Saya melihat, salah satu lokasi penghasil kakao adalah Sulawesi Barat, dengan persentase kapasitas produksi di Sulawesi Barat menyumbang sebesar 9,71 persen dari total produksi kakao di Indonesia,” terang Bagas.

Untuk diketahui, program-program kolaborasi dengan daerah akan diwujudkan Bagas Adhadirgha ketika terpilih menjadi Ketua Umum HIPMI 2022-2025 nanti. Bagas menyampaikan Bursa Caketum HIPMI ini soal menang kalah itu bukan yang utama. Kesempatan besar bagi dirinya adalah dapat bertemu langsung teman-teman pengusaha daerah. Hal ini adalah moment yang baik untuk menggerakan program menciptakan konglomerat baru dari daerah. “Pengusaha muda wajib memahami peta permasalahan daerah dan jadi penggerak bukan hanya penonton. Saya rasa Indonesia sangat membutuhkan sosok-sosok tokoh yang tidak hanya sukses sendiri namun mampu menjadi penggerak,” pungkas Bagas yang mengaku bangga dengan peran pengusaha muda di Sulbar dalam mengoptimalkan perekonomian daerah. (*)

 

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

nineteen − three =