Ketua Perindo Sulbar Menduga Ada Unsur Kesengajaan Mengacak Surat Pemberitahuan Pemilih

By on Kamis, 10 Desember 2015

MAMUJU KAREBA1– Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Persatuan Indonesia (Perindo) Sulawesi Barat (Sulbar) Muhammad Yasin Hakim memberi komentar terkait sejumlah kejanggalan dalam pelaksanaan Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati di Kabupaten Mamuju pada hari Rabu tanggal 9 Desember kemarin.

Salah satu hal yang disebut Yasin sebagai sebuah kejanggalan yang sangat menonjol dan juga langsung ia alami adalah banyaknya warga yang memiliki hak pilih namun tidak menerima surat pemberitahuan memilih atau format C6 yang seharusnya disalurkan oleh pihak penyelenggara.

“Saya selama beberapa kali pemilihan selalu di TPS yang sama biasa saya tempati. Tapi kali ini tidak ada surat pemberitahuan yang saya terima. Padahal saya didata di tempat itu,” kata Yasin kepada Kareba1, Kamis (10/12/2015).

Terpaksa lanjut Yasin, dirinya tetap ke TPS dekat tempat tinggalnya dengan menggunakan KTP. “Kebetulan petugas yang datang mendata di rumah ada bertugas di TPS itu jadi saya langsung masuk,” sebut Yasin.

Yasin mengakatakan, surat pemberitahuan untuk memilih yang seharusnya ia terima, kemungkinan sengaja “dilempar” ke tempat lain dan berpotensi masih bisa dimanfaatkan.

Yasin juga menduga, ada oknum yang memang sengaja mengacak surat undangan yang seharusnya diberikan langsung kepada para memilih. Dengan cara seperti itu, banyak hal yang bisa terjadi. Surat pemberitahuan itu bisa saja digunakan ditempat lain.

Kemudian masyarakat yang tidak proaktif menggunakan haknya untuk memilih, kata Yasin, juga kemungkinan banyak yang tida datang ke TPS karena tidak menerima surat pemberitahuan memilih tersebut.

Hal tersebut dibenarkan Ridwan, warga Desa Botteng kecamatan Simbor, Kabupaten Mamuju. Kepada Kareba1, mantan Kepala Desa ini mengaku sebagai salah seorang yang tidak menggunakan hak pilihnya karena tidak menerima surat pemberitahuan.

“Saya tidak mau ke TPS. Saya tidak suka cara penyelenggara seperti ini. Masa orang macam kita ini bisa tidak terima surat pemberitahuan. Seolah-olah saja saya bukan warga di sini,” kata Ridawan kesal.

Sebelumnya diberitakan, tiga orang warga Kelurahan Bebanga masing-masing ayah, ibu dan anak yang masih tinggal dalam satu rumah, kepada Kareba1.Com, mengaku kebingungan setelah diberitahu mereka memilih di dua tempat yang berbeda dan jauh dari rumah.

“Saya tidak tahu di mana tempat TPS itu, bisa jadi saya tidak memilih kalau tempatnya terlalu jauh,” kata Ningsih sehari sebelum pemilihan.

Laporan: Wahab Baso