Bakal Cagub di Sulbar Disebut Terlalu Bernafsu Namun Tidak Paham Konsep Pembangunan

By on Minggu, 7 Februari 2016

MAMUJU KAREBA1 COM – Jadwal Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak gelombang kedua termasuk didalamnya Pemilihan Gubernur (Pilgub) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) masih menyisakan waktu yang relatif cukup panjang. Wacana yang berkembang terakhir menyebutkan, Pilkada serentak gelombang kedua akan digelar Februari tahun 2017. Itu artinya, masih satu tahun lagi. Meski demikian, perbincangan seputar Pilgub di Sulbar sendiri, sudah menjadi topik hangat yang menarik dan mengundang perhatian banyak pihak.

Suasana hangat jelang Pilgub ini, tidak terbatas hanya pada beberapa nama tokoh politisi lokal yang telah sangat gencar melakukan sosialisasi dan menunjukkan niat siap merebut kursi gubernur yang akan segera lowong ditinggal Anwar Adnan Saleh setelah masa jabatan di periode kedua pemerintahannya berakhir, namun perhatian yang cukup intensif juga datang dari tokoh masyarakat Sulbar baik yang berdiam di Sulbar maupun yang tinggal di rantau.

Salah seorang tokoh dari rantau yang menaruh perhatian serius pada suasana hangat menjelang Pilgub ini adalah Suyuti Marzuki. Dia adalah tokoh masyarakat Sulbar yang berasal dari Tubbi Kabupaten Polewali Mandar dan saat ini tinggal menetap di Ibu Kota Jakarta.

Pria yang merupakan kerabat dekat Maraddia Tubbi ini, adalah salah seorang pejabat penting di Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (KKP-RI). Keahliannya dalam bidang perencanaan, tidak diragukan lagi. Dia banyak bersentuhan dengan program-program di KKP RI yang telah menjadikan kementrian ini terus menorehkan banyak prestasi.

Berbekal keahlian, pengalaman dan pengetahuan itu, Suyuti saat ini banyak mencurahkan perhatiannya terhadap perencanaan pembangunan daerah. Tentang calon gubernur, alumni Balanced Scorecard Insitute (BSI) Washington DC Amerika Serikat ini mengatakan, seorang bakal calon yang berani menawarkan diri kepada masyarakat untuk menjadi pemimpin di daerah, sebelum kesana-kemari mencari dukungan, seharusnya terlebih dahulu telah mempersiapkan visi dan misinya yang terukur untuk ditawarkan kepada masyarakat .

“Tetapi yang ada, para kandidat calon kepala daerah, kelihatannya semua terlalu bernafsu mau memimpin, namun tidak paham apa yang semestinya mereka persiapkan,” kata Suyuti, saat dihubungi, Minggu (7/2/2016).

Pernyataan Suyuti ini bukan tanpa data dan fakta. Dia berani berkesimpulan seperti itu setelah dirinya sekian lama malang-melintang menjadi pembicara di banyak forum pelatihan perencanaan yang digelar di berbagai daerah di tanah air.

Alumni Unhas, ITS Surabaya dan Newcastle University of England ini mengatakan, mereka para pemimpin di daerah termasuk kandidat bakal calon gubernur, saat akan mencalonkan diri, rata-rata hanya menyiapkan diri secara personal kemudian mencari dukungan sebanyak-banyaknya dari masyarakat pemilih dengan lebih banyak mengandalkan faktor popularitas ketokohan serta kedekatan secara emosional dengan para pemilih.

“Dan itu juga yang terjadi saat ini di Sulbar,” katanya.

Padahal, lanjut dia, yang paling mendasar untuk disiapkan seorang calon pemimpin dan harus menjadi tolok ukur masyarakat pemilih dalam menilai dan menentukan calon pemimpinya adalah konsep bagaimana pembangunan 10 atau 20 tahun yang akan datang.

Terkait dengan konsep ini kata Suyuti, yang pertama harus dilakukan adalah menyiapkan rancangan visi dan misi yang tepat dan terukur. Hal ini kata dia, kelihatannya sepele, sebab setiap hari telinga masyarakat terbiasa mendengar visi dan misi tersebut. Tetapi menurutnya, visi dan misi yang benar itu sangat sulit dibangun, dan hanya para ahli perencanaan yang mampu melakukan itu.

Kedua, yang harus dipersiapkan lanjut Suyuti adalah, peta strategi pembangunan. Peta strategi pembangunan ini menurutnya, terdiri dari sekumpulan sasaran strategis yang rasional sesuai potensi daerah.

“Dan indikator capaiannya harus bisa diukur dan terukur. Diukur per bulan kalau perlu,” ujarnya.

Namun katanya, kebanyakan daerah saat ini, baru berada pada tahap mengenali sasaran strategis daerah. Padahal serentetan proses panjang masih harus dilalui.

“Dalam berbagai literatur, disebutkan bahwa, sasaran strategis daerah, hanya bisa dicapai dengan indikator pembangunan. Namun jika indikator pembangunan suatu daerah tidak pernah diukur, bagaimana mungkin seorang kandidat akan mencapai keberhasilan programnya?” Kata Suyuti dengan nada tanya.

Menurutnya, sejumlah indikator daerah itulah yang membedakan suatu daerah bisa lebih maju dan lebih berhasil dari daerah lain.

“Mengapa ada daerah bisa sukses cepat? Karena visi dan misi yang dibangunnya rasional dan terukur,” sebutnya.

Sementara, kebanyakan visi dan misi para kandidat calon kepala daerah selama ini, hanya seperti bahasa pantun yang indah didengar di telinga. Padahal visi dan misi itu adalah sesuatu yang reel harus dicapai sebagai ukuran keberhasilan pemimpin daerah sebagai wakil pemerintah pusat.

“Sekali lagi, visi dan misi harus terukur atau bisa diukur dan dibuktikan secara akuntabel. Kenapa terukur? Karena secara keseluruhan sasaran strategis dan indikator pembangunan yang sudah kita siapkan tadi, capaiannya bisa diukur real time. Kalau sudah demikian maka pasti daerah akan mengalami serentetan keberhasilan,” jelas Suyuti.

Hal ini menurutnya, persis sama kasusnya dengan mendirikan sebuah korporasi atau perusahaan. Jika visi dan misinya keliru, maka korporat atau perusahaan tersebut akan pailit atau bangkrut.

“Daerah juga seperti itu, jika tidak jelas visi dan misinya, maka akan salah sasaran dalam membangun dan daerah tidak akan maju. Daerah akan menjadi tertinggal dan lain-lain,” katanya.

Redaktur: Muh Gufran Padjalai