Angin Bisa Menjadi Kekuatan

By on Jumat, 17 Maret 2017

Oleh Suhardi Duka

Angin bisa menjadi kekuatan atau energi. Bisa menjadi penyubur dan
penyebab buah dari putik. Bisa juga menjadi penyeimbang dan penyejuk
alam semesta.

Bagi para pelaut, angin adalah sahabat karib ketika berlayar. Dialah
pendorong dan pengisi layar untuk sampai ke seberang.

Angin memiliki intesitas dan ciri sendiri. Ada angin laut, yang
hembusannya di siang hari dengan kekuatan kira-kira 20-25 km/hour. Ada
pula angin timur yang hembusannya di malam hari yang punya kecepatan
sedang.

Banyak orang berselancar di kehidupan ini dengan penuh sepekulasi maka
hasilnyapun bagai membuang dadu. Bisa 1 atau 6, kemungkinannya sulit
untuk ditebak. Ada juga bagai anak tangga, iya disiplin dan
terstruktur. Memang mengarungi kehidupan ini banyak pelajaran yang
selalu bisa di petik.

Kehadiran Raja Salman di Indonesia yang disambut meriah oleh rakyat
Indonesia dengan penuh suka cita bukan saja karena kerajaan Arab Saudi
ingin berinfestasi di Indoensia. Beliau memang dikenal oleh dunia
sebagai sosok pemimpin yang tegas dan adil untuk semua rakyatnya.

Mari kita belajar pada perjalanan kepemimpinan Raja Salman. Saat
menjadi gubernur, Beliau sempat menghukum dengan tegas majikan yang
tidak memberi gaji kepada TKI. Menghukum warga negaranya untuk warga
negara lain adalah bentuk hukum yang tidak pandang bulu.

Juga menghukum keluarga kerajaan, bahkan hingga hukum mati atas
kesalahan besar yang dibuat. Bentuk pemerintahan yang monarki Saudi
dengan dasar Alqur’an dan Hadist (Islam) sampai saat ini masih menjadi
kiblat sistim pemerintahan Islam yang paling baik dan efektif di
dunia.

Bagaimana posisi Islam dalam perjalanan Indonesia ?. Di Indonesia
pasang surut, cebderung lebih banyak surutnya. Di era orde lama, Islam
tersisih akibat kekuatan PKI, bahkan di tahun 1948, banyak ulama NU
hilang dan terbunuh pada peristiwa Madiun.

Demikian juga di era pemerintahan orde baru. Islam di bawah naungan
laras. Bagaiman dengan era saat ini, tentu menjadi kajian tersendiri.
Bagi kita, posisi hukum dan gerakan Islam toleran Indonesia menjadi
sesuatu yang asing di tengah kebanggaan pemerintah kepada Raja Salman
yang menyebut Indonesia adalah kiblat toleransi ummat beragama.

Tidak ada pemerintahan yang hadir di Indonesia tanpa dukungan ummat
Islam, termasuk pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Tidak mungkin Ahok
bisa masuk putaran kedua kalau tidak banyak ummat Islam yang memberi
dukungan. Tapi mengapa gerakan 212 justru menjadi bulan-bulanan
polisi, padahal aksi tersebut juga dihadiri Oleh Presiden dan Wakil
Presiden.

Memang banyak teman tapi sering bagai angin. Hari ini kita berteman
untuk hembusannya yang ke selatan, tapi bisa berbalik tanpa disangka,
bersembunyi lalu tiba-tiba berhembus ke utara.

Angin bisa diperkirakan, tapi tidak bisa dipastikan. Untuk itu seorang
pelaut akan selalu piawai dalam menjaga balikan angin. Jangan menjadi
pelaut kalau tidak tahu goncangan balikan angin. Begitu pun seorang
politisi sejati yang tidak akan pernah menyerah pada situasi apapun.

Demikian halnya situasi Indoensia. Goncangan ekonomi yang begitu kuat
akibat pengaruh ekonomi global. Kondisi rupiah yang terdeprisiasi
mengharuskan kalangan pengusaha harus mampu melakukan penyesuaian agar
iya bisa tetap survive.

Kalau saat ini politik penguasa menjadi model bagi Indonesia,
hati-hati juga karena bisa saja tiba-tiba hukum menjadi tajam tanpa
pandang bulu dalam situasi manapun kalau terjadi ketidakseimbangan
dalam hukum. prinsip kausalitas pasti adanya. Di masa tertentu, ia
akan mencari keseimbangannya sendiri.

Kalau itu yang terjadi, cukup sering memakan banyak korban, tanpa
diperhitungkan sebelumnya. Untuk itu, jangan menyalahkan angin jika
tak berhembus di saat panas, karena bisa saja di waktu sejuk, topan
tiba-tiba datang menyapu semua yang ada.

Hiduplah dengan penuh keseimbangan, karena sesungguhnya, ada tanah,
ada air, ada api dan ada angin yang akan selalu menjadi energi dan
keseimbangan dunia.